KEPEMIMPINAN HINDU DALAM AJARAN RAMAYANA
Oleh :
I Gede Yuli Angga Cahayana
Hadirin
yang berbahagia, sebelum saya menyampaikan dharma wacana ini, terlebih dahulu
saya panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, karena atas
Asung Kerta Wara Nugrahanyalah kita dapat berkumpul pada hari yang berbahagia
ini. Untuk itu terlebih dahulu saya haturkan panganjali umat “Om Swastyastu”
Hadirin
yang saya hormati, adapun dharma wacana yang saya bawakan pada hari ini, saya
beri judul, KEPEMIMPINAN HINDU (Dalam
konsep Ramayana)
Sebelum
saya menyampaikan lebih jauh tentang kepemimpinan hindu ini, perlu juga saya
paparkan bahwa Bali yang kita tempati ini adalah salah satu pulau yang sangat
kecil jika dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya tetapi tidak sedikit
memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia
(SDM). Hal ini dapat kita ketahui bahwa SDM-SDM Bali yang merupakan putra
daerah sudah banyak yang sukses baik sebagai pengusaha maupun duduk sebagai
pejabat pemerintahan ditingkat pusat baik buruk maju mundurnya suatu
pemerintahan tergantung seorang leader
yang tentunya memiliki strategi
untuk memimpin suatu instansi atau organisasi
sehingga nantinya organisasi tersebut menjadi organisasi yang solid.
Mengacu
pada kepemimpinan hindu, dalam Kekawin Ramayana disebutkan :
Gunamanta
Sang Dasartha
Wruh
sira ring Weda bakti ring Dewa
Tarmalupeng
pitra puja
Masih
ta sireng swagotra kabeh
Artinya :
Sang
Dasaratha adalah seorang gunawan
Tahu
akan kitab-kitab suci weda dan bakti kepada dewa-dewa
Tidak
pernah lupa akan pemujaan leluhurnya
Beliau
mencintai keluarga dan rakyat semua
Nah dari isi
kekawin inilah, kita mendapatkan cerminan untuk menentukan pilihan kita kepada
calon-calon pemimpin Bali, karena dalam kekawin tersebut dijelaskan bahwa Raja
Dasaratha dari kerajaan Ayodya sangat arif dan bijaksana, beliau memang tidak
mementingkan dirinya, sendiri tetapi benar-benar beliau mengutamakan
kepentingan rakyat, sehingga rakyat menjadi sejahtera, makmur dan hidup serba
berkecukupan. Disamping itu beliau di dalam memerintah selalu berpatokan pada
ajaran Weda agar tidak menyimpang dari norma-norma agama. Pemimpin seperti
inilah yang sangat kita harapkan untuk mempimpin Bali lima tahun ke depan. Karena kita ketahui
bersama bahwa dalam epos Ramayana tersebut sudah termaktub ajaran-ajaran
tentang kepemimpinan yang sangat mulia yang patut di tiru oleh calon-calon pemimpin
Bali. Raja Dasaratha yang arif dan bijaksana,
dapat menghindari segala cobaan dan rintangan yang menghadang beliau karena beliau
dapat mengendalikan diri dan melawan musuh yang terdapat dapat dirinya,
sehingga beliau benar-benar mementingkan
kepentingan rakyatnya.
Dimana di dalam
Kekawin Ramayana tersebut disebutkan :
Ragadi
musuh mapare
Ring
hati ya tonggwanya tan madoh ring awak
Yeka
tan hana ri sira
Prawira
wikan sireng niti
Artinya :
Hawa nafsu adalah musuh terdekat
Di dalam hatilah tempatnya, tidak jauh dari
badan
Itu tidak ada pada diri beliau
Prawira, pandai akan ilmu kepemimpinan
Nah
dari isi kekawin tersebut dapat kita ketahui bahwa Raja Dasaratha dapat
mengendalikan indryanya, dan beliau dapat mengalahkan hawa nafsunya sehingga di
dalam memimpin, beliau dapat memilah-milah antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan negara. Walaupun kita ketahui juga bahwa beliau memiliki tiga orang
istri dan empat putra, tetapi beliau sangat adil dan tidak pernah mengecewakan
istrinya. Dalam Kekawin Ramayana ini juga disebutkan :
Mwang satya ta sira mojar
Ringanakbi towi tar mresawada
Nguni-nguni yan ring para jana
Priya hita sojar niraticaya
Artinya :
Beliau
selalu berkata jujur
Kepada para istrinya beliau tidak pernah
berdusta
Apalagi kepada orang lain
Segala
kata-katanya penuh kebajikan serta sangat adil
Hadirin umat
sedharma yang saya muliakan……………….
Menjadi
seorang pemimpin yang sejati, kiranya perlu untuk tahu bagaimana cara mengkoordinir orang yang dipimpinnya, serta tahu seberapa
jauh ia mampu menjadi seorang pemimpin. Terlebih lagi seorang hendaknya tahu
bagaimana ia dapat memimpin dirinya sendiri. Oleh karena itu, ini akan
menjadikan pemimpin tahu apa yang akan ia jalankan demi kesejahteraan rakyatnya.
Dengan demikian seorang pemimpin akan merasa terpandang dimata rakyatnya.
Dalam
kitab Ramayana kita jumpai satu kalimat yang berbunyi :
“Ksayan ikang papa nahan prayojana,
gumawe
sukhan nikang rat kinkinira”
Artinya :
melenyapkan penderitaan itulah tujuan kita
menjelma
dan membuat kesejahteraan.
Nah
dari sloka inilah agar siapapun yang nantinya terpilih sebagai pemimpin Bali
agar benar-benar yang diutamakan adalah kesejahteraan rakyat. Karena rakyat sudah bosan dengan janji-janji
yang tidak pernah terbukti. Dan yang paling penting diketahui oleh seorang
pemimpin adalah seorang pemimpin itu tidak merasakan dirinya sebagai atasan.
Seorang pemimpin harus dapat memposisikan dirinya, bahwa ia adalah abdi
masyarakat. Apalagi seorang pemimpin
hanya mampu untuk menjalankan tugasnya lewat bawahannya. Tetapi tidak ada
perhatiannya sama sekali dan hanya untuk menjaga image menjadi seorang pemimpin
adalah suatu kekeliruan yang sangat besar dan hanya dengan mengatasnamakan
sebagai seorang yang memegang kekuasaan tertinggi. Akan tetapi bawahan akan
menjadi lebih memandang seorang pemimpin, apabila ikut bekerja membantu
pelaksanaan kegiatan, serta membicarakan suatu permasalahan dengan bersama bawahannya,
sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
Seperti
apa yang disebutkan dalam Sloka Saracamusccaya
dibawah ini :
Kunang
ikang wwang pisaningun damelakenang dharmasadhana, apa-apaning pari, wukaning
antiga padanika, rupaning hana tan papa kena.
Artinya :
Adapun orang yang tidak pernah melakukan
dharma, adalah seperti padi yang hampa atau bagai telur busuk, tampaknya ada
namun tidak ada gunanya.
(Sarasamuccaya,45)
Dari
kutipan sloka diatas hendaknya bagi seorang pemimpin harus mau dan mampu untuk
melaksanakan apa yang menjadi tugas seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus
berani diatas dan dibawah untuk ikut membantu melaksanakan seluruh kegiatan
demi terciptanya pemerintahan yang tangguh. serta melaksanakan ajaran Asta Brata itu sebagai pegangan dengan berlandaskan
ajaran Dharma. Hal ini juga disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra IX.303 :
“Indrasya arkasya vayosca yamasya varunasya
ca,
candrasya agneh prthivyasca tejo vrtam
nrpascaret”
(Hendaknya
seorang pemimpin berbuat seperti perilaku Dewa Indra, Surya, Wayu, Yama,
Varuna, Candra, Agni dan Prthivi)
Dalam
kitab Ramayana yang merupakan nasehat Sri Rama kepada Wibisana juga
disebutkan :
“Hyan indra yama surya candra anila kuwera
baruna agni nahan walu, sira ta maka angga sang bhupati matang nira inisti
astabrata”
(Ramayana XXV.52)
(Dewa
Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Varuna dan Agni adalah delapan
Dewata (sifat dan sikapnya) patut ditiru oleh seorang pemimpin agar meresap
dalam jiwa dan raganya).
Dari
skola tersebut, seorang pemimpin harus bisa bersikap seperti Dewa Indra yang
nerupakan dewa hujan dan sumber kemakmuran untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Yama yaitu dapat
menengakkan hukum seadil-adilnya. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa
Surya yaitu dapat memberikan penerangan kepada rakyat dan meningkatkan tanggung
jawab serta pengabdian kepada rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa
Candra yaitu dapat memberikan kesejukan dan mampu menarik simpati rakyat.
Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Bayu yaitu selalu mengetahui dan
menyelidiki keadaan atau keinginan rakyatnya terutama yang miskin, menderita
dan mampu mendengar jeritan hati rakyat serta memberikan kesegaran seperti
angin. Seorang pemimpin harus memiliki sikap Dewa Kuwera yaitu dapat mengatur
keuangan untuk kemakmuran rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa
Varuna yaitu mampu membasmi berbagai penderitaan dan penyakit dalam masyarakat.
Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Agni yaitu memikili sifat dan jiwa
ksatriya.
Hadirin
dan umat sedharma yang saya muliakan…………………
Sangat
menarik sekali, kalau kita benar-benar menelaah ajaran-ajaran yang terdapat
dalam kitab Ramayana, terutama dalam konsep kepemimpinan Hindu yang selalu
berlandaskan ajaran Dharma, maka dari itu pesan saya kepada calon-calon
pemimpin Bali, siapapun yang nantinya terpilih agar tetap setia terhadap
janji-janji yang diucapkan pada saat kampanye dan jangan sampai membohongi
rakyat.
Baiklah,
hadirin yang berbahagia…………….
Hanya
sampai disini dharma wacana saya, apabila ada kekurangan atau kekeliruan, saya
mohon maaf dan akhir kata saya ucapkan parama santhi “ Om Santhi Santhi Santhi
Om”.
terimakasih sangat membantu informasinya
BalasHapus