Pages

Selasa, 05 Februari 2013

DHARMA WACANA KEPEMIMPINAN



KEPEMIMPINAN HINDU DALAM AJARAN RAMAYANA
Oleh :
 I Gede Yuli Angga Cahayana

Hadirin yang berbahagia, sebelum saya menyampaikan dharma wacana ini, terlebih dahulu saya panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugrahanyalah kita dapat berkumpul pada hari yang berbahagia ini. Untuk itu terlebih dahulu saya haturkan panganjali umat “Om Swastyastu”
Hadirin yang saya hormati, adapun dharma wacana yang saya bawakan pada hari ini, saya beri judul, KEPEMIMPINAN HINDU (Dalam konsep Ramayana)     
Sebelum saya menyampaikan lebih jauh tentang kepemimpinan hindu ini, perlu juga saya paparkan bahwa Bali yang kita tempati ini adalah salah satu pulau yang sangat kecil jika dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya tetapi tidak sedikit memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Hal ini dapat kita ketahui bahwa SDM-SDM Bali yang merupakan putra daerah sudah banyak yang sukses baik sebagai pengusaha maupun duduk sebagai pejabat pemerintahan ditingkat pusat baik buruk maju mundurnya suatu pemerintahan tergantung seorang leader yang tentunya memiliki strategi
 untuk memimpin suatu instansi atau organisasi sehingga nantinya organisasi tersebut menjadi organisasi yang solid.
Mengacu pada kepemimpinan hindu, dalam Kekawin Ramayana disebutkan :
Gunamanta Sang Dasartha
Wruh sira ring Weda bakti ring Dewa
Tarmalupeng pitra puja
Masih ta sireng swagotra kabeh
Artinya :
            Sang Dasaratha adalah seorang gunawan
            Tahu akan kitab-kitab suci weda dan bakti kepada dewa-dewa
            Tidak pernah lupa akan pemujaan leluhurnya
            Beliau mencintai keluarga dan rakyat semua

Nah dari isi kekawin inilah, kita mendapatkan cerminan untuk menentukan pilihan kita kepada calon-calon pemimpin Bali, karena dalam kekawin tersebut dijelaskan bahwa Raja Dasaratha dari kerajaan Ayodya sangat arif dan bijaksana, beliau memang tidak mementingkan dirinya, sendiri tetapi benar-benar beliau mengutamakan kepentingan rakyat, sehingga rakyat menjadi sejahtera, makmur dan hidup serba berkecukupan. Disamping itu beliau di dalam memerintah selalu berpatokan pada ajaran Weda agar tidak menyimpang dari norma-norma agama. Pemimpin seperti inilah yang sangat kita harapkan untuk mempimpin Bali lima tahun ke depan. Karena kita ketahui bersama bahwa dalam epos Ramayana tersebut sudah termaktub ajaran-ajaran tentang kepemimpinan yang sangat mulia yang patut di tiru oleh calon-calon pemimpin Bali. Raja Dasaratha yang arif dan bijaksana, dapat menghindari segala cobaan dan rintangan yang menghadang beliau karena beliau dapat mengendalikan diri dan melawan musuh yang terdapat dapat dirinya, sehingga beliau  benar-benar mementingkan kepentingan rakyatnya.
Dimana di dalam Kekawin Ramayana tersebut disebutkan :

Ragadi musuh mapare
Ring hati ya tonggwanya tan madoh ring awak
Yeka tan hana ri sira
Prawira wikan sireng niti
Artinya :
Hawa nafsu adalah musuh terdekat
Di dalam hatilah tempatnya, tidak jauh dari badan
Itu tidak ada pada diri beliau
Prawira, pandai akan ilmu kepemimpinan

Nah dari isi kekawin tersebut dapat kita ketahui bahwa Raja Dasaratha dapat mengendalikan indryanya, dan beliau dapat mengalahkan hawa nafsunya sehingga di dalam memimpin, beliau dapat memilah-milah antara kepentingan pribadi dengan kepentingan negara. Walaupun kita ketahui juga bahwa beliau memiliki tiga orang istri dan empat putra, tetapi beliau sangat adil dan tidak pernah mengecewakan istrinya. Dalam Kekawin Ramayana ini juga disebutkan :

Mwang satya ta sira mojar
Ringanakbi towi tar mresawada
Nguni-nguni yan ring para jana
Priya hita sojar niraticaya
Artinya :
            Beliau selalu berkata jujur
Kepada para istrinya beliau tidak pernah berdusta
Apalagi kepada orang lain
            Segala kata-katanya penuh kebajikan serta sangat adil
Hadirin umat sedharma yang saya muliakan……………….
Menjadi seorang pemimpin yang sejati, kiranya perlu untuk tahu bagaimana cara mengkoordinir  orang yang dipimpinnya, serta tahu seberapa jauh ia mampu menjadi seorang pemimpin. Terlebih lagi seorang hendaknya tahu bagaimana ia dapat memimpin dirinya sendiri. Oleh karena itu, ini akan menjadikan pemimpin tahu apa yang akan ia jalankan demi kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian seorang pemimpin akan merasa terpandang dimata rakyatnya.
Dalam kitab Ramayana kita jumpai satu kalimat yang berbunyi :

 “Ksayan ikang papa nahan prayojana,
gumawe sukhan nikang rat kinkinira”
Artinya :
melenyapkan penderitaan itulah tujuan kita menjelma
dan membuat kesejahteraan.

Nah dari sloka inilah agar siapapun yang nantinya terpilih sebagai pemimpin Bali agar benar-benar yang diutamakan adalah kesejahteraan rakyat.  Karena rakyat sudah bosan dengan janji-janji yang tidak pernah terbukti. Dan yang paling penting diketahui oleh seorang pemimpin adalah seorang pemimpin itu tidak merasakan dirinya sebagai atasan. Seorang pemimpin harus dapat memposisikan dirinya, bahwa ia adalah abdi masyarakat. Apalagi seorang  pemimpin hanya mampu untuk menjalankan tugasnya lewat bawahannya. Tetapi tidak ada perhatiannya sama sekali dan hanya untuk menjaga image menjadi seorang pemimpin adalah suatu kekeliruan yang sangat besar dan hanya dengan mengatasnamakan sebagai seorang yang memegang kekuasaan tertinggi. Akan tetapi bawahan akan menjadi lebih memandang seorang pemimpin, apabila ikut bekerja membantu pelaksanaan kegiatan, serta membicarakan suatu permasalahan dengan bersama bawahannya, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
Seperti apa yang disebutkan dalam Sloka Saracamusccaya dibawah ini :

Kunang ikang wwang pisaningun damelakenang dharmasadhana, apa-apaning pari, wukaning antiga padanika, rupaning hana tan papa kena.
Artinya :
Adapun orang yang tidak pernah melakukan dharma, adalah seperti padi yang hampa atau bagai telur busuk, tampaknya ada namun tidak ada gunanya.
(Sarasamuccaya,45)
Dari kutipan sloka diatas hendaknya bagi seorang pemimpin harus mau dan mampu untuk melaksanakan apa yang menjadi tugas seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus berani diatas dan dibawah untuk ikut membantu melaksanakan seluruh kegiatan demi terciptanya pemerintahan yang tangguh. serta melaksanakan ajaran Asta Brata  itu sebagai pegangan dengan berlandaskan ajaran Dharma. Hal ini juga disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra IX.303 :
“Indrasya arkasya vayosca yamasya varunasya ca,
candrasya agneh prthivyasca tejo vrtam nrpascaret”
(Hendaknya seorang pemimpin berbuat seperti perilaku Dewa Indra, Surya, Wayu, Yama, Varuna, Candra, Agni dan Prthivi)
Dalam kitab Ramayana yang merupakan nasehat Sri Rama kepada Wibisana juga disebutkan  :
“Hyan indra yama surya candra anila kuwera baruna agni nahan walu, sira ta maka angga sang bhupati matang nira inisti astabrata”
                                                                                       (Ramayana XXV.52)
(Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Varuna dan Agni adalah delapan Dewata (sifat dan sikapnya) patut ditiru oleh seorang pemimpin agar meresap dalam jiwa dan raganya).
Dari skola tersebut, seorang pemimpin harus bisa bersikap seperti Dewa Indra yang nerupakan dewa hujan dan sumber kemakmuran untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Yama yaitu dapat menengakkan hukum seadil-adilnya. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Surya yaitu dapat memberikan penerangan kepada rakyat dan meningkatkan tanggung jawab serta pengabdian kepada rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Candra yaitu dapat memberikan kesejukan dan mampu menarik simpati rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Bayu yaitu selalu mengetahui dan menyelidiki keadaan atau keinginan rakyatnya terutama yang miskin, menderita dan mampu mendengar jeritan hati rakyat serta memberikan kesegaran seperti angin. Seorang pemimpin harus memiliki sikap Dewa Kuwera yaitu dapat mengatur keuangan untuk kemakmuran rakyat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Varuna yaitu mampu membasmi berbagai penderitaan dan penyakit dalam masyarakat. Seorang pemimpin harus bersikap seperti Dewa Agni yaitu memikili sifat dan jiwa ksatriya.
Hadirin dan umat sedharma yang saya muliakan…………………
Sangat menarik sekali, kalau kita benar-benar menelaah ajaran-ajaran yang terdapat dalam kitab Ramayana, terutama dalam konsep kepemimpinan Hindu yang selalu berlandaskan ajaran Dharma, maka dari itu pesan saya kepada calon-calon pemimpin Bali, siapapun yang nantinya terpilih agar tetap setia terhadap janji-janji yang diucapkan pada saat kampanye dan jangan sampai membohongi rakyat.
Baiklah, hadirin yang berbahagia…………….
Hanya sampai disini dharma wacana saya, apabila ada kekurangan atau kekeliruan, saya mohon maaf dan akhir kata saya ucapkan parama santhi “ Om Santhi Santhi Santhi Om”.



1 komentar: