Pages

Minggu, 03 Februari 2013

FAKTOR EKONOMI PENYEBAB REKONVERSI UMAT HINDU



FAKTOR EKONOMI PENYEBAB REKONVERSI UMAT HINDU DI DALUNG
Oleh
I Made Adi Surya Pradnya

            Pada edisi ini masalah rekonversi Umat Hindu yang merupakan hasil penelitian di Desa Dalung memaparkan penyebab Rekonversi Umat Hindu karena faktor ekonomi, tulisan ini merupakan lanjutan dari faktor penyebab umat Hindu yang melakukan rekonversi agama, setelah sebelumnya dimuat Media Hindu pada edisi bulan lalu. Dengan membaca artikel ini, diharapkan umat Hindu yang di iming-imingi sesuatu untuk konversi agama, mesti barpikir bahwa apa yang disampaikan tidaklah seperti apa yang dibayangkan, terlebih motif konversi agama karena ekonomi, sebab setelah konversi justru kesejahteraan, perasaan dan kebahagiaan menjadi tidak stabil bahkan menjadi tambah miskin, karena dilakukan dengan tekanan dan paksaan atas keyakinan. Berbeda halnya jika kita tetap yakin sebagai seorang Hindu, ekonomi dan kesejahteraan lebih stabil jika kita eling dan bhakti dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta leluhur, meskipun saat ini kita menderita tidak lain adalah ujian tuk kesuksesan dari Hyang Widhi.
Menurut Aristoteles (384-322 B.C.) Ekonomi dibedakan antara ekonomi yang menyelidiki peraturan rumah tangga yang merupakan arti asli bagi istilah ekonomi, dan chrematisti yang mempelajari peraturan-peraturan tukar-menukar dan karenanya pemikiran ini dapat disebut sebagai perintis jalan bagi berkembangnya teori ilmu ekonomi. Dijelaskan selanjutnya bahwa kepala rumah tangga harus mengusahakan pemenuhan kebutuhan secara baik. Jikalau suatu “Oikos” mempunyai kelebihan sesuatu, maka dengan sendirinya dan pada tempatnya ditukarkan dengan barang-barang yang berlebihan di rumah tangga yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suatu barang dapat digunakan dengan dua jalan yaitu kemungkinan untuk dipakai dan kemungkinan untuk ditukarkan dengan barang lain. Alhasil dari situ dapat diperoleh pengertian di dalam ilmu ekonomi tentang nilai pemakaian dan nilai pertukaran. Kegiatan pertukaran barang dikerjakan oleh para pedagang sebagai mata pencaharian mereka, hal mana sejalan dengan tujuan chrematisti, meskipun menurut para filsuf Yunani pada waktu itu kurang mendapatkan penghargaan kepada kegiatan (profesi) pedagang.
Perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya mengalami penurunan pada tahun 1965. Pada tahun 1965 di Bali khususnya di Desa Dalung mengalami musim paceklik yaitu pada musim ini perekonomian masyarakat Dalung sangat merosot kebawah sampai masyarakat kekurangan bahan makanan. Kedatangan masyarakat yang lain agama yaitu Agama Kristen yang diwakilkan oleh Pastur Sadeg memberikan berkah yang sangat luar biasa kepada masyarakat Desa Dalung karena umat Kristen memberikan bahan makanan berupa Gandum, Susu sandang dan papan, juga memperbaiki perekonomian dengan cara memberikan beasiswa kepada masyarakat yang sekolah di sekolah Kristen.
Hal ini juga dipertegas oleh I Wayan Sepia (Wawancara, 30 Agustus 2010) yang menjelaskan bahwa pada tahun 1965 masyarakat dalung mengalami kemerosotan ekonomi dan mengalami musim Paceklik, saat itu kedatangan umat Kristen sangat memperbaiki perekonomian dengan cara memberikan pendidikan gratis, memberikan beasiswa sampai perguruan tinggi dan juga yang lainnya. Masyarakat berpikiran termasuk I Wayan Sepia berpikiran jika masuk atau konversi ke Agama Kristen, maka perekonomian akan berubah membaik hal ini dilihat karena umat Agama Kristen bisa nyumbang, dan memberi modal pendidikan. Tahun 1965 masyarakat di Desa Dalung melakukan Konversi agama ke Agama Kristen termasuk I Wayan Sepia dengan harapan ketika melakukan Konversi tersebut perekonomian masyarakat bisa membaik, menurut I Wayan Sepia “tiang pindah agama ke Kristen santukan ekonomi tiang daweg punike jelek pesan, kadirase anggon nyambung urip keweh pesan. Tiang nyingak ring Agama Kristen preside nyumbang, ngemang tiang Gandum, Susu, ulian nike tiang tertarik masuk Krinten. Lenan kading nike pendidikan di tanggung Kristen”, (“saya pindah ke Agama Kristen karena maslah ekonomi waktu itu memang sangat menderita sekali, sepertinya untuk menyambung hidup sangat sulit, saya melihat di dalam Agama Kristen banyak ada sumbanganyang memberikan Gandung, susu, karena itulah saya tertarik masuk Kristen, disamping itu pendidikan saya di tanggung”). Ketika hampir semua masyarakat melakukan Konversi agama ke Kristen perekonomian masyarakat bisa berubah dari terpuruk menjadi meningkat sedikit demi sedikit karena upaya dari pihak umat Kristen dengan memberikan fasilitas-fasilitas pendidikan dan lahan pekerjaan.
Perekonomian I Wayan Sepia semakin memburuk pada tahun 1990-an, hal ini disebabkan karena I Wayan Sepia sakit-sakitan. Sebagai kepercayaan orang Bali yaitu menanyakan kepada orang pintar atau dukun, dukun tersebut mengatakan perekonomiannya hacur karena leluhur I Wayan Sepia yang dulunya Hindu tersebut tidak menerima I Wayan Sepia untuk tetap Agama Kristen. Dengan pertimbangan yang matang I Wayan Sepia memutuskan untuk Rekonversi agama kembali ke Hindu demi memperbaiki Ekonomi dan kesehatannya. Hal tersebut terbukti dengan I Wayan Sepia kembali sehat dan mampu membuat merajan dan melakukan upacara besar-besaran di Merajannya.
Konversi dan Rekonversi agama karena Faktor Ekonomi sangat banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Dalung salah satu masyarakat yang mengalami hal tersebut selain I Wayan Sepia yaitu I Wayan Biasa. Biasa mengatakan awal beragama Hindu, karena kebiasaan mendengar dan sering main-main ke Gereja pada saat Biasa tinggal di Denpasar. Biasa tertarik untuk ikut melakukan hal serupa karena dalam benaknya menilai kalau Agama Kristen itu sangat simple dan mudah dilaksanakan tidak seperti halnya dengan Agama Hindu yang sedikit tidaknya melakukan sesajen, melakukan upacara agama yang paling sedikit menggunakan dana jutaan. Mengingat dan mempertimbangakan perbandingan tersebut Biasa yang sudah memahami Agama Kristen memutuskan melakukan Konversi agama ke Kristen pada tahun 1965, Ketika Biasa menjalaini kehidupan dengan sebagai umat Kristen, Biasa menemukan kesuksesan yang sangat luar biasa karena keloyalan dan kerendahan hatinya untuk melayani umat Kristen lainnya, sehingga Biasa di angkat menjadi ketua suka duka di kawasan Denpasar Selatan.
Menjalani hidup sebagai Ketua Suka Duka Biasa mendapatkan pengalaman yang sangat banyak diantaranya menemukan berbagai masalah dalam menghadapi warga terutamanya kremasi mayat, penguburan, bahkan pertengkaran lahan pemakaman dengan warganya sendiri. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ketua PHDI Badung I Wayan Mulia yang menyatakan pada tahun 1965 Desa Dalung pada khususnya mengalami musim paceklik mengakibatkan menurunnya keadaan ekonomi masyarakat, sehingga mengakibatkan kemerosotan sandang, pangan dan papan. Kekurangan bahan tersebut dibantu oleh Pastur Sadeg dengan memberikan bahan makanan, disamping juga dengan misi untuk menyebarkan Agama Kristen. Hal serupa juga dinyatakan oleh I Wayan Dana selaku Bendesa Pakraman Tuka yang sudah menjabat hampir selama hidupnya berumah tangga.
Penulis, mahasiswa program Doktor Ilmu Agama IHDN Denpasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar