Pages

Minggu, 03 Februari 2013

REKONVERSI AGAMA DI DALUNG



REKONVERSI AGAMA, KEMBALINYA UMAT HINDU DI DALUNG
Oleh
I Made Adi Surya Pradnya

Agama merupakan wadah bagi manusia untuk berinteraksi dengan kekuatan alam yang dipercaya dapat membantu manusia dari penderitaan. Perkembangan agama memang kontroversi, bahkan agama sering menimbulkan konflik baik dalam penyebaranya maupun ajaranya. Hal ini melahirkan pernyataan-pernyataan bahwa agama adalah racun dunia, tuhan telah mati dan sebagainya. Setiap agama tentunya memilki ajaran yang baik, mengajarkan kebenaran, namun penerapan ajaranya terkadang tidak sesuai dimana, para tokoh agama mempersempit ajaran kebenaran agamanya. Akibatnya para pemeluk menjadi fanatik dan menolak kebenaran, selain kebenaran ajaran agamanya, bahkan kini ajaran agama telah banyak disalahtafsirkan, sehingga ajaran yang baik menjadi ajaran pembunuh, penindas dan lain sebagainya.
Indonesia merupakan negara yang menghargai masyarakatnya untuk bebas memeluk salah satu agama yang diakui di Indonesia. Kebebasan beragama bahkan telah diatur dalam undang-undang, sehingga masyarakat terjamin beribadat sesuai dengan kepercayaanya masing-masing, selain itu di Indonesia juga banyak memberikan kontribusi bagi agama. Hal ini dibuktikan adanya Kementerian agama, lembaga agama yang berstruktur dan lembaga-lembaga agama yang dibentuk menjaga kerukunan umat beragama. Indonesia mengatur agama dan melindungi masyarakatnya, untuk memeluk salah satu yang menjadi kepercayaanya secara pribadi, namun perkembangan selanjutnya, antar agama terdapat persaingan yang menyebabkan konflik, para tokoh agama yang telah dianggap utusan Tuhan memanfaatkan umatnya untuk merambah kekuasaan dan menyebarkan ajaran agamanya dengan berbagai cara, sehingga muncul terorisme yang dengan terangnya menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan yang menyadarkan manusia, meskipun dengan pembunuhan massal.
Hal inilah yang memunculkan pemikiran para tokoh modernitas menganggap agama sebagai suatu “candu” yang paling berpengaruh menghambat kemajuan, tampaknya sekarang muncul suatu kesadaran postmodern yang berpendirian bahwa spiritulaitas religius merupakan satu-satunya harapan demi suatu perubahan sosial yang positif maupun demi melestarikan nilai-nilai yang benar-benar penting. (Griffin, 2005: 8) Masyarakat kini telah dewasa dan cerdas beragama, dibandingkan beragama dengan paksaan dan aturan-aturan yang sangat mengikat, bahkan di media arogansi umat beragama menyebabkan masyarakat tidak lagi beragama namun tetap berketuhanan atau spiritualias, yang prulal, sebagai wujud agama di zaman postmodern.
Hindu mengajarakan tujuan yang dicapai dalam kehidupan, yaitu Moksatam jagathitha ya ca iti dharma, kebebasan untuk penyatuan dengan Tuhan. Agama memberikan kepuasan atas jawaban segala cobaan dan penderitaan yang dihadapi manusia. Oleh karena itu seluruh umat Hindu mesti mencari hakekat tujuan Hindu. Dengan menemukan hakekat beragama, seseorang pasti kuat iman dan bhaktinya terhadap Hindu, sehingga dia tak tergoyahkan meskipun banyak bujukan dn rayunan dari utusan-utusan Tuhan.. Missionaris Kristen yang membawa kebenaran Agama Kristen ke Bali, khusus di Desa Dalung dan sekitarnya telah banyak mengkonversi masyarakat Hindu, sehingga masyarakat Desa Dalung dan sekitarnya, telah banyak beralih agama ke Kristen. Tentunya proses konversi di Dalung sangatlah panjang, namun dalam perkembanganya masyarakat yang mengalihkan keyakinan dari agama leluhurnya, merasakan tekanan batin dan rohani, sehingga masyarakat kini mulai sadar dan berkeinginan terbebas dari belenggu agama yang tidak pantas mereka yakini, sehingga umat Hindu yang beralih agama menjadi Kristen, kini kembali menjadi Hindu, untuk mendapatkan kebahagiaan yang selama ini menjadi hambatan bagi rohani umat Hindu yang di konversi. Kembalinya seseorang ke agama leluhurnya, setelah sebelumnya melakukan konversi ke agama lain, peneliti sebut dengan istilah “Rekonversi”, yang berasal dari kata “Re-“ yang artinya kembali dan “konversi Agama” berarti pindah agama. Jadi peneliti mendefinisikan “Rekonversi Agama Hindu” yaitu kembalinya seseorang ke agama leluhurnya (Hindu), setelah sebelumnya di konversi ke agama lain.
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian berjudul, “Rekonversi Umat Hindu Di Bali (Study Kasus di Desa Dalung)” yang kami teliti di Desa Dalung, Badung . Berikut adalah curahan hati dari seorang yang telah rekonversi, yaitu I Wayan Biasa. Beliau melakukan Rekonversi agama dikarenakan faktor leluhur yang tidak merestui atau mengijinkan Biasa menjadi umat Kristen. Pada tahun 1965 Wayan Biasa melakukan Konversi agama ke Kristen, kesuksesan Biasa di dapatkan setelah masuk Kristen, namun hal tersebut berakhir dengan kebangkrutan usahanya.
Pada akhirnya Biasa menjual Rumah, Mobil dan semua harta bendanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menutupi hutangnya. Kebangkrutan itu mengarahkan Biasa beserta keluarganya pulang kampung di Desa Tuka, Dalung. Biasa tidak memiliki harta benda sedikit pun kecuali keluarga dari istrinya. Biasa konsultasi dengan iparnya yang menjadi Bendesa Pakraman Tuka. Kemudian Biasa diarahkan mepeluasang yang dalam bahasa Indonesia memiliki pengertian “bertanya kepada Balian”. Disamping itu juga Mepeluasang merupakan tradisi masyarakat Bali dengan bertanya pada orang yang mampu memediasi antara alam sekala dengan niskala.
Saran tersebut dilaksanakan oleh Biasa, dalam prosesi mepeluasang pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Balian ternyata disimpulkan, bahwa leluhurnya tidak merestui Biasa konversi ke Kristen, leluhurnya berkata melalui mediasi Sang Balian, “cening bapa ane ngambil kesugihan ceninge, bapa ni leluhur cening ngujang kalin bapa? Yen cening mekeneh kesugihan cening mewali? Cening mewali bin ke asal ceninge, yen be keto mare bapa kal ngewaliang apa ne pantes gelahang cening. Men cening mawali to benin sanggahe men sing ngelah pis nyanan bapa nulungin uli kledituanne” (“Anak-Ku semua harta kekayaan yang kamu dapatkan, semuanya tidak berarti, Aku ini adalah leluhurmu, kenapa kau tinggalkan Aku, kalau kau ingin hidup bahagia dan harta kekayaanmu kembali, maka kamu harus kembali ke leluhurmu, bangunlah kembali tempat suci dirumahmu (Merajan) jika kau menyanggupinya, maka akan ada rejeki yang datang lagi kepadamu dan keluargamu”).
Mendengar hal tersebut I Wayan Biasa langsung rekonversi agama dengan memperbaiki merajan yang diamanatkan oleh leluhurnya, sungguh mujisat setelah merajan diperbaiki Biasa mendapatkan rejeki yang berlimpah-limpah. Karier Biasa kembali melonjak. Rejeki terus mengalir setelah anaknya dinyatakan lulus berangkat ke kapal pesiar, sehingga dengan sekejap dapat membeli tanah dan membangun rumah lengkap dengan prabotanya. Selain itu Biasa diberikan kepercayaan oleh masyarakat sebagai Kelihan Banjar di Desanya. Ketenangan dan kebahagian Biasa dapatkan setelah kembali menjadi Hindu, menurut Biasa, “saya merasa sangat senang, sangat tenang dan sangat bahagia dimana semua warga Hindu menyambut baik ketika saya kembali ke Hindu, sampai saya diberikan kepercayaan sebagai kelian banjar di desa ini”.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, salah satu factor yang menyebabkan seseorang melakukan rekonversi Hindu adalah leluhur, karena masyarakat Hindu di Bali, sangat mempercayai kekuatan leluhur yang menjaga kehidupan masyarakat Bali dan merupakan bagian dari panca yajna, yaitu pitra yajna, sehingga apabila orang Hindu di Bali Konversi agama, kehidupan mereka akan tersiksa lahir dan batin, terlebih telah tersurat dalam bhisama-bhisama leluhur. Tentunya rekonversi agama disebabkan dengan banyak factor lainya.oleh karena itu factor, proses dan dampak rekonversi Hindu akan diulas pada edisi berikutnya berdasarkan hasil penelitian Rekonversi Agama Hindu dengan objek penelitian dilaksanakan di Desa Dalung, Badung.
Peneliti adalah Mahasiswa Program Doktor Ilmu Agama
IHDN Denpasar


BIODATA PENELITI:
Nama               : I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag.,M.Fil.H
TTL                 : Denpasar, 18 Mei 1986
Pekerjaan         : Dosen IHDN Denpasar
No. HP            : 081805469846

Tidak ada komentar:

Posting Komentar