Pages

Selasa, 05 Februari 2013

Dharma Wacana Hari Raya Saraswati



Hari Raya Saraswati

Oleh :
I Komang Karbawa


Om Swastyastu,
Kepada  ide Jro Mangku  yang saya sucikan, kepada bapak ibu yang saya hormati hormati. Atas ware krtha  warenugrane ida Sang Hyang Widi Wada, kita dapat berkumpul bersama-sama dalam keadaaan sehat, dalam kesempatan baik ini saya akan ber darmawacana degan tema perayaan hari Raya Saraswati.

            Para bakta yang berbagagia, seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa setiap enam bulan sekali, umat Hindu khususnya di Bali merayakan hari raya Saraswathi. Salah satu hari suci ini,. Perayaan Saraswathi di Bali begitu semarak terlebih di sekolah-sekolah dan instansi pemerintahan, kompak menjadikan hari raya saraswathi sebagai hari fakultatif (hari libur kegiatan belajar-mengajar). Hampir di setiap sekolah dan rumah umat Hindu di Bali, diadakan upacara khusus terhadap buku-buku, lontar dan kitab-kitab suci sebagai pemaknaan terhadap turunnya wahyu pengetahuan suci Weda oleh Sang pencipta kepada para Maharsi Hindu di India. Pengetahuan akan Weda ini diturunkan dan  diterima melalui pendengaran bathin tingkat tinggi dan Siddhi/wahyu.
 Hari Saraswati yang jatuh pada hari Sabtu (Saniscara) Umanis wuku Watugunung, dirayakan sebagai hari pawedalan Hyang Aji Saraswati, hari turunnya ilmu pengetahuan suci. Perayaan ini dilaksanakan sebagai ungkapan puji syukur dan puja kepadanya-Nya atas diturunkannya ilmu pengetahuan suci bagi umat manusia; disamping memohon kelanggengan ilmu pengetahuan dan dapat berjaya di bidang Iptek. Pada malam harinya, dilaksanakan "sambang samadhi" dan pembacaan lontar, pustaka, kitab-kitab suci dengan harapan dapat menemukan Saraswati di dalam diri.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi Sarasvati. Sarasvati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan. Kata Sarasvati berasal dari kata “saras dan “vati”. Saras memiliki arti mata air, terus menerus atau sesuatu yang terus menerus mengalir. Sedangkan kata vati berarti memiliki. Dengan demikian Sarasvati berarti sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus.
Berkaca dari sejarah turunnya ilmu pengetahuan ini, sudah seyogyanya, segenap genrasi muda Hindu di Bali, memaknainya dengan lebih meningkatkan pengetahuan diri terhadap berbagai bidang pelajaran yang diikutinya. Perayaan Saraswathi hendaknya tidak berhenti pada ritualitas belaka, namun sudah barang tentu, harus diikuti dengan praktek nyata peningkatan kemampuan sang diri/masing-masing individu pada bidang ilmunya masing-masing.
Kenapa Ilmu Pengetahuan dilambangkan dengan wanita cantik? Ilmu pengetahuan diibaratkan demikian karena memang menarik umat manusia untuk mendekat, mempelajarinya. Dewi Saraswathi sejatinya adalah “Sakti” dari Dewa Brahma, simbul pencipta alam semesta. Secara filosofis, segala macam bentuk penciptaan semuanya bersumber pada ilmu pengetahuan. Dengan dilambangkan dengan kecantikan diharapkan umat manusia yang masih diliputi awidya, atau kegelapan, mampu melepaskan diri untuk bangkit mencapai pencerahan dan penerangan lahir dan bathin.
Penampilan dewi yang cantik dengan busana putih bersih berkilauan, melambangkan ilmu pengetahuuan itu sangat mulia, selalu menarik untuk dipelajari oleh siapapun. Alat musik gitar (wina) melambangkan unsur mutlak ilmu pengetahuan berasal dari hukum alam yang tercipta melalui melodi alami dan citarasa seni Sang Pencipta. Kitab suci (kropak) melambangkan tempat tertuangnya berbagai petunjuk ajaran suci sebagai sumber ilmu pengetahuan material maupun spiritual. Genitri (aksamala/tasbih) melambangkan ilmu pengetahuan bersifat kekal, tidak terbatas, tidak akan ada akhirnya dan habis-habisnya untuk dipelajari. Bunga Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercela. Burung Merak, melambangkan sifat ilmu pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan bagi yang telah memahami dan menguasainya. Angsa putih, melambangkan ilmu pengetahuan itu dapat memberikan petunjuk untuk bersikap bijaksana dalam membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Dalam kekawin Saraswati bait paling terahir di sebutkan:
Apan kita ka wekasin karajani dewi
Ahim kita sih anuraga paweka dewi
Apan kita gunawan panewakan in dewi
Kita pemastu winuwus kita wasta dewi,

Artinya:
Beliau Sang Hayng Aji Saraswati yang menganugrahkan semua ilmu Pengetahuan.
Beliau  yang memberikan kesejahtraan dan kebahagian
Beliau yang   paling utama,
Beliau yang menciptakan semua yang ada

Makna dari Perayaan Hari Saraswati :
1. Kita harus bersyukur kepada Tuhan atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.
2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebenaran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.
3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.
4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.
Para bakta yang berbahagia. Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesatnya. Kalau zaman dulu kita mengenal Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, dan lain-lain, saat ini pun demikian, tengok saja perkembangan teknologi nuklir, komputer yang semakin canggih. Nama-nama seperti Bill Gates, penemu Microsoft, BJ Habibie – perintis pesawat terbang di Indonesia, merupakan salah satu contoh betapa dari ketekunan mereka mempelajari ilmu pengetahuan akan berdampak sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Disisi lain, harus diakui, perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat, juga telah banyak menimbulkan efek-efek negatif. Seperti contoh, perlombaan senjata nuklir, perang dingin, cyber crime, video porno, HP porno dan lain-lainnya telah membuat kita berfikir, apakah ilmu pengetahuan itu salah? Jawabannya tentu tidak, yang salah adalah individu-individu yang mempraktekkan ilmu pengetahuan. Sama halnya dengan ilmu kesaktian/ Leak di Bali. Sesungguhnya tidak ada ilmu hitam ataupun putih namun orangnya lah yang membuat dia berubah warna. Mau hitam atau putih, tergantung orangnya.
Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta di-langsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam dan air kumkuman. Hari redite paing wuku sita/banyu pinaruh merupakan hari pembersihan diri sebelum mempejari ilmu pengetahuan.
Dalam lontar silakrama halaman 90 di sebtutkan:
Abdhir Gatrani suddhayanti,
Manah satyena sudhayanti,
Widyatapobhyam bhrtatma,
Buddhir Jnannena sudhayanti.
Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air,
pikiran di bersihkan dengan kejujuran,
Roh/atman di bersihkan dengan ilmu dan tapa,
akal di bersikan dengan kebikaksanaan.
Hendaknya perayaan saraswati yang tepatnya nanti jatuh pada tanggal 19 Nopember 2011 ini, dipakai sebagai media perenungan terhadap hakekat sang diri, dalam memaknai ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penggalian pengetahuan itu hendaknya dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Niscaya, temuan-temuan baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia, seperti penemuan obat virus Flu Burung, penangkal virus HIV, atas seizin Tuhan Yang Maha Kuasa dapat terjadi dalam waktu yang tidak begitu lama.
Selamat Hari Raya Saraswati, Semoga Pikiran yang baik datang dari segala Penjuru!
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar